Senin, 26 Oktober 2009

keperawatan semester 1

DISPLASIA
Displasi merupakan perubahan kearah kemunduran pada sel dewasa. Hal ini tampak dalam bentuk, besar dan orientasinya. Sebabnya dikatakan ialah rangsang yang menahun. Displasi biasanya terjadi pada epitel, tetapi juga dapat timbul pada jaringan mesenchymal. Pada displasi teraturnya ( regularity) dari pada inti inti menghilang. Ada sel-sel yang membesar, ada yang mengecil. Inti tampak lebih gelap, sering terjadi lebih besar dari pada biasa, juga relative lebih besar terhadap besarnya sel. Kadang-kadang juga ditemukan mitosis, tetapi mitosisnya normal. Selain itu terdapat gambaran arsitektur yang tidak teratur lagi. Pada epitel gepeng berlapis yang mengalami displasi ditemukan perubahan yang progresif dalam ukuran dan bentuk dari pada sel stratum germinativum. Lapisan sel basal menunjukan hiperplasi sehingga sel-sel lapisan basal terlihat bertumpuk tumpuk, tidak teratur lagi, dan dapat menempati separuh dari pada tebalnya epitel sendiri. Juga stratum spinosum mengalami perubahan perubahan berupa. Pada displasi epitel kelenjar, orientasi dari pada sel toraks dapat menghilang, sehingga tidak teratur lagi. Proses kemunduran sering terjadi pada beberapa alat tubuh yang sering mengalami rangsang-rangsang yang bersifat iritatif, misalnya serviks. Karsinoma serviks sering didahului oleh displasi yang daingap sebagi menifestasi radang menahun oleh karena itu bila pada suatu biopsy serviks memperlihatkan adanya displasi maka diamati dengan seksama displasi merupakan perubahan yang bersifak reversible, jadi bila iritasi dapat dihilangkan maka displasi menghilang.

Dalam spectrum proliferasi non-neoplastik ( yang terkendali ), displasi merupakan yang paling tidak teratur. Sering merupakan pendahulu kanker, meskipun ebab perubahan yang peenting ini belum jelas benar. Pada dasarnya, displasi di jumpai pada epitel. Displasi adalah hilangnya keseragaman sel secara individual dan juga hilangnya orientasi susunan sel tersebut. Sel displastik menunjukkan pleomorfisme yang nyata ( variasi dan ukuran dan bentuk sel )dan sering mempunyai inti sel yang berwarna gelap ( hiperkromasi), yang ukuranya lebih bsar dan abnormal untuk ukuran sel yang bersangkutan.Gambaran mitosis terlihat lebih banyak dari pada biasanya, meskipun gambaranya hamper tetap selaras dengan pola yang normal.Sering kali mitosis dijumpai padatempat abnormal diantara sel-sel epitel. Jadi pada epitel berlapis skwamosa yang mengalami displasi, mitosis tidak terbatas pada lapisan basal saja tetapi dapat tampat pada setiap lapisan bahkan pada sel-sel permukan. Terdpat kekacauan arsitektur yang luas. Sebagai contoh, maturasi sel-sel lapisan dasar yang tinggi menjadi sel-sel skwamosa yang pipih di lapisan permukaan yang biasanya progresif, dapt menghilang dan diganti oleh sel-sel gelap yang tampaknya bersal dari lapisan dasar yang bersifat tidak teratur, merayap melalui saluran tebal lapisan epitel.
Displasi Berhubungan erat dengan iritasi atau radang kronik yang berkepanjangan. Secara klasik displasi dapt dijumpai pada servik, saluran pernafasan, rongga mulut dan kantung empedu. Infeksi kronik merupakan pendahulu displasi seviks. Displasi pada saluran pernafasan dijumpai pada bronchitis kronik dan bronkiektasis dan dapat dilihat dengan nyata pada saluran pernafasan orang yang biasanya merokok sigaretes. Pada kantung empedu, batu empedu dan radang kronik dindingnya sering mendahului perubahab displastik.
Displasi memiliki potensi reversible dan oleh karena itu tetap dianggap sebagai perubahan terkendali. Bila stimulus yang mencetuskannya disingkirkan, maka perubahan displastik akan kembali menuju ke keadaan normal. Meskipun demikian displasi merupakan perubahan sel yang penting teutama pada epitel bronkus dan serviks, sebab perubahan keganasan kadang-kadang dapat terjadi setelah displasi.sebab-sebab terjadinya hal ini masih belum diketahui. Kemungkinan mitosis yang berlebihan diantara sel-sel displastik menyediakan kesempatan yang lebih banyak untuk terjadinya mutasi dengan menghasilkan sel-sel yang menyimpang dan terleepas dari pengaturan. Kemungkinan lain ialah pengaruh-pengaruh terjadinya displasi atipik berlangsung dengan intensitas yang tinggi dan akhirnya berfungsi sebagi promoter proses karsinogenik. Apapun juga mekanismenya displasi merupakan perubahn celaka yang memiliki potensi untuk mendatangkan kematian.
Displasi adalah kelainan diferensiasi sel-el yang sedang berpriliferasa, sehingga ukuran ,bentuk dan penampilan sel menjadi abnormal disaertai gangguan pengaturan dalam sel. Pada dysplasia terdapat kehilangan pengawasan pada populasi sel yang terserang. Dysplasia ringan kemungkinan besar reversible jika rangsang iritasi dapat dihilangkan. Namun pada beberapa keadaan, rangsang yang mengakibatkan dysplasia itu tidak dapat ditemukan, dan perubahan menjadi lebih parah secara progresif, yang akhirnya berkembang mebjadi penyakit ganas. Pada servic uteri, dysplasia sering terjadi dan perjalanan alamiahnya telah dipelajari dengan seksama. Displasi pada servic uteri disebut neoplasia intraepitel servics (CIN). Displsia dapat berjalan dari ringan ke sedang sampai derajat berat (CIN I ke CIN II atau CIN III), Displasia yang berat menyerupai kanker prainvasif. Penghancuran dari pusat displasi services dapat mencegah perkembangan kanker invasi.
Contohnya pada epithelium normal, sel-selnya tersusun sangat teratur dan lapisannya juga teratur tapi setelah mengalami dysplasia terdapat perubahan morfologis yang nyata pada sel dan lapisan selnya juga terganggu.
DISPLASIA FIBROMUSKULAR
Dysplasia fibromuskular ditandai oleh jaringan ikat fibrosa dinding arteri yang abnormal. Gangguan ini paling sering terjadi pada arteri-arteri ginjal perempuan usia kurang dari 40 tahun dan mengangkibatkan hipertensi renovaskular. Pada kebanyakan pasiean, gangguan angiografi ini terliht seperti rangkaian tasbih yang disebabkan oleh fibroplasias medial. Keadaan ini dapat diobati dengan terapi bedah .
HIP-DISPLASIA PADA ANJING
Hip-displasia merupakan salah satu penyakit kelemahan sendi yang menyebabkan ketidakharmonisan hubungan articulatio coxofemoralis, tercatat sampai kepada 30 % dari kasus otopedik pada anjing adalah permasalahan hip-displasia. Kasus ini terjadi terutama pada ras medium dan besar, misalnya jenis saint Bernard, Rottweiler, golden retriever, Siberian husky, Labrador retriever, german shepherd atau herder dan lain-lain. Tetapi tidak berarti anjing jenis kecil tidak mengalami kelainan ini . jenis kelamin tertentu pada anjing tidak mempengaruhi frekuensi kejadian penyakit ini. Berbeda dengan hewan, pada manusi 80% kasus hip-displasia adalah wanita.
Sacara klinis anjing yang terserang hip-displasia biasanya akan pincang pada kaki belakang, anjing sukar atau lambat merubah posisi dari bentuk rebah ke posisi berdiri, kadang-kadang anjing menunjukan gejala meloncat-meloncat dengan kaki belakang (kaki belakangnya tidak berayun sama sekali) selain bentuk tungkai belakangnya tidak lurus, melainkan X atau O.
Hip-displasia mengakibatkan synovitis (radang pada lapiasan synovia dari sendi panggul) yang disebabkan ole meningkatnya volume cairan akibat osteoarthritis yang mempengaruhi sendi, sehingga osteoarthritis juga dapat menjadi ukuran diagnostic yang utama untuk hip-displasia pada anjing. Gambar hasil sinar X kasus osteoarthritis pada sendi panggul juga dapat menunjukan adanya pertumbuhan tulang pada caput femoralis dan pendangkalan acetabulum
















DAFTAR PUSTAKA

1. Robins dan kumar. 1995. Buku Ajar Patologi 1 edisi 4 . EGC: Jakarta
2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar